Senin, 02 Agustus 2010

ASCARIS LUMBRICOIDES

A. NAMA PARASIT : ascaris lumbricoides

B. KLASIFIKASI :

Nama Latin : Ascaris lumbricoides

Phylum : N ematoda

Ordo : As caridida

Family : Ascarididae

Klas : Secernentea

Species : A scaris lumbricoides

Genus : As caris





BAB I

PENDAHULUAN


Hampir semua orang pernah cacingan, namun pernahkah menghitung kerugian yang ditimbulkan? Secara nasional, nutrisi yang hilang dicuri oleh parasit tersebut ternyata mencapai ratusan miliar tepatnya Rp 177,5 miliar per tahun

Berdasarkan survei tahun 1986-1991, yang menunjukkan bahwa tingkat kejadian cacingan pada anak SD mencapai 60-80 persen. Sekitar 21 persen di antaranya disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Di dalam tubuh manusia, seekor cacing gelang sanggup mencuri nutrisi sebanyak 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 gram protein dalam sehari. Sementara penderita cacingan rata-rata memiliki 6 ekor cacing gelang di perutnya. Dengan perkiraan jumlah penduduk 220 juta jiwa dan konsumsi harian karbohidrat Rp 5.000/gram dan protein Rp 50.000 /gram,

Cacing gelang merupakan 1 dari 3 jenis cacing parasit yang direkomendasikan oleh WHO untuk ditanggulangi. Jenis lainnya adalah cacing tambang (Ankylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk (Trichuris trichuria).

Mereka hidup di rongga usus halus manusia. Berukuran 10-30 cm untuk cacing jantan dan 22-35 cm untuk cacing betina. Satu cacing betina Ascaris lumbricoides dapat berkembang biak dengan menghasilkan 200.000 telur setiap harinya. Telur cacing ini dapat termakan oleh manusia melalui makanan yang terkontaminasi. Telur ini akan menetas di usus, kemudian berkembang jadi larva menembus dinding usus, lalu masuk ke dalam paru-paru. Masuknya larva ke paru-paru manusia disebut terinfeksi sindroma loeffler. Setelah dewasa, Ascaris lumbricoides akan mendiami usus manusia dan menyerap makanan disana, disamping tumbuh dan berkembang biak. Inilah yang menyebabkan seseorang menderita kurang gizi karena makanan yang masuk diserap terus oleh Ascaris lumbricoides. Di Indonesia, penderita Askariasis didominasi oleh anak-anak. Penyebab penyakit ini bisa karena kurangnya pemakaian jamban keluarga dan kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk.


BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Defenisi



Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Nemathelminthes Ascaris lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit.
2.2 Hospes dan distribusi

Hospes atau inang dari Askariasis adalah manusia. Di manusia, larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan menagdakan kopulasi serta akhirnya bertelur. Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi askariasis sekitar 70-80%.

2.3 Morfologi

Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi.

Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia.

Askaris Lumbricoides dewasa Telur Askaris Lumbricoides






2.4 Siklus Hidup

Siklus hidup parasit "Ascaris lumbricoides" dimulai dari cacing dewasa yang bertelur dalam usus halus dan telurnya keluar melalui tinja lewat anus (1), sehingga tahap ini disebut juga dengan fase diagnosis, dimana telurnya mudah ditemukan. Kemudian telur yang keluar bersama tinja akan berkembang di tanah tempat tinja tadi dikeluarkan (2) dan mengalami pematangan (3). Selanjutnya setelah telur matang di sebut fase infektif, yaitu tahap dimana telur mudah tertelan (4). Telur yang tertelan akan menetas di usus halus (5). Setelah menetas, larva akan berpindah ke dinding usus halus dan dibawa oleh pembuluh getah bening serta aliran darah ke paru-paru (6). Di dalam paru-paru, larva masuk ke dalam kantung udara (alveoli), naik ke saluran pernafasan dan akhirnya tertelan (7). Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Mulai dari telur matang yang tertelan sampai menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan (lihat gambar dibawah ini )
































2.5 Patologi
Patologi klinik
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.

Patologi dan gejalaklinis:

Gejala bisa timbul sebagai akibat berpindahnya lara melalui paru-paru dan akibat adanya cacing dewasa di dalam usus. Perpindahan larva melalui paru-paru bisa menyebabkan demam, batuk dan bunyi nafas mengi (bengek). Infeksi usus yang berat bisa menyebabkan kram perut dan kadang penyumbatan usus. Penyerapan zat makanan yang buruk bisa terjadi akibat banyaknya cacing di dalam usus. Cacing dewasa kadang menyumbat usus buntu, saluran empedu atau saluran pankreas.


2.6 Cara diagnosis

Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut. Infeksi oleh cacing dewasa biasanya didiagnosis berdasarkan adanya telur didalam contoh tinja. Kadang di dalam tinja atau muntahan penderita ditemukan cacing dewasa dan didalam dahak ditemukan larva. Jumlah eosinofil di dalam darah bisa meningkat. Tanda-tanda adanya perpindahan parasit bisa terlihat pada foto rontgen dada.

2.7. Pengobatan

Pengobatan tradisional
Beberapa hasil studi terbaru dalam literature medis yang mengusulkan benih semangka dan papaya yang dijemur dibawah terik matahari dapat mengurangi infeksi cacing. Pada orang dewasa diberikan dosis satu sendok makan benih yang dicampur dengan gula dalam satu gelas air satu kali seminggu selama duaminggu. Gula memberikan rasa pahit yang bertindak sebagai obat pencuci perut.

Pengobatan dengan farmasi;
Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, mebendazol, albendazol, piperasin.
• Mebendazole (Vermox) (C16H13N3O2).
Memperlambat pergerakan/perpindahan dan kematian cacing dengan memilihsecara selektif serta menghalangi pengambilan glukosa dan bahan gizi lainnyadalam usus orang dewasa dimana cacing tersebut tinggal. Dosis 100 mg tiap 12 jam untuk 3 hari. Mebendazol tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bias membahayakan janin yang dikandungnya.

• Piperazine (C4H10N2.C6H10O4).

Efek melumpuhkan cacing, jika digunakan akan membuat cacing dengan sendirinya pingsan didalam tinja dosis 75 mg/kg max 3.5g).

• Pyrantel pamoate (Antiminth, Pin-Rid, Pin-X) (C11H14N2S.C23H16O6),

menyebabkan kelumpuhan kejang pada cacing. Dengan dosis 11 mg/kg dan tidak melebihi 1 g.

• Albendazole (C12H15N3O2S),

menyebabkan penghabisan energi,penghentian, dan akhirnya kematian. Dosis 400 m. dan tidak diberikan pada wanita hamil dan anak-anak dibawah 2 tahun.

• Thiabendazole.

menyebabkan migrasi cacing ke dalam kerongkongan, pada umumnya dikombinasikan dengan piperazine. Juga, obat golongan corticosteroids dapat mengobati gejala seperti peradangan, yang dapat ditimbulkan oleh cacing ini.
2.8 Epidemiologi

Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak ceue. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoides ini.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan



Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakit yang disebabkannya disebut askarias.Askariasis adalah suatu infeksi di usus halus yang disebabkan oleh parasit cacing gelang "Ascaris Lumbricoides". Kecacingan ini terjadi di seluruh dunia, terutama di Negara berkembang termasuk Indonesia. Apalagi di daerah pedesaan atau daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh mudah sekali untuk terkena infeksi cacing.

3.2 Saran

Pencegahan dan Upaya Penanggulangan berdasarkan kepada siklus hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya untuk pencegahan dapatdilakukan langkah sebagai berikut :Penyuluhan kesehatanPenyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna,Hygiene keluarga dan hygiene pribadi guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ASSCARIS LUMBRICOIDES.

DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada, Srisasi, Prof. dr. 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta:Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia.

Padmasutra, Leshmana, dr. 2007. Catatan Kuliah:Ascaris lumbricoides.Jakarta:Fakultas

Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.

Onggowaluyo, Samidjo Jangkung.2001. Parasitologi Medik 1 Helmintologi.EGC:Jakarta

Brucker,David A.1996.Diagnostik Parasitologi Kedokteran.EGC:Jakarta

"http://id.wikipedia.org/wiki/Askariasis"

http://www.kidshealth.org/parent/infections/stomach/ascariasis.html

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah.pdf

http://www.medicastore.com/

http://www.mayoclinic.com/health/ascariasis/DS00688/DSECTION=6